Kita semua tentu tahu bahwa Walls adalah perusaahan yang memproduksi ice cream, namun dulunya perusaah itu bermula dari sebuah usaha menjual daging. Pada saat itu, tahun 1786, Richard Wall membuka kiosnya di sebuah pasar di London, karena kinerja yang bagus sebagai tukang daging, Wall akhirnya menerima penghargaan royal pertama oleh Pangeran George, Prince Of Wales sebagai penyedia bahan daging terbaik.
Menerima penghargaan dari kerajaan tentu saja adalah hal yang sangat membanggakan, usaha daging Wall pun semakin berjaya di tahun 1824 hingga keuangan membaik dan ia dapat menyewa sebuah gedung di London yang cukup elit. Namun beberapa tahun kemudian, Richard Wall meninggal dunia, bisnisnya lalu dilanjutkan oleh sang istri, namun hal malang terjadi dimana istri Richard Wall juga meninggal dunia.
Akhirnya Thomas Wall, anak dari Richard Wall mau tak mau mengambil alih bisnis orang tua mereka, padahal pada saat itu ia masih berusia 19 tahun, masih muda, tanpa pengalaman, kikuk dan masih harus mengurus adiknya yang berusia 14 tahun, Thomas Wall membuat bisnis orang tuanya berada dalam ambang kebangkrutan. Namun karena ia adalah seorang yang gigih, mau belajar, dan tidak mudah menyerah, bisnis warisan dari ayahnya itu lambat laun kembali membaik.
Thomas Wall menikah dan memiliki dua anak yang diberi nama Thomas Wall Junior dan Frederic Wall. Saat mereka sudah tumbuh besar, Thomas Wall mengajari kedua anaknya tentang seluk beluk dunia bisnis, ia tidak ingin apa yang menimpanya dulu yaitu gagal diawal saat mewarisi bisnis ayahnya terjadi juga kepada anak-anaknya.
Awal Mula Lahirnya Produk Ice Cream Walls
Tahun 1913, karena perang dunia yang gencar berlangsung, penjualan daging mengalami penurunan omzet yang luarbiasa, bisnispun jatuh sehingga perusahaan terpaksa mem PHK banyak karyawannya. Kerugian semakin membesar dan Thomas Wall Junior, anak dari Thomas Wall yang pada saat itu sudah dipercaya untuk mengelola perusahaan, dituntut untuk menemukan solusi agar usaha dapat diselamatkan.
Ia lalu menempuh kebijakan harga daging murah, tujuannya sederhana, yaitu agar banyak orang yang membeli, jika harga daging murah otomatis penjualan akan naik, setidaknya itulah yang ia pikirkan. Namun kenyataanya strategi itu tidak mendongkrak tingkat penjualan daging, justru usaha semakin memburuk karena keuntungan yang makin merosot.
Thomas Wall Junior pusing memikirkan nasib usahanya, sepertinya perusahaan yang dirintis oleh kakeknya akan hancur di tangannya. Pada suatu siang, udara London sangat panas, ia merenung sambil menyeka keringat yang mengucur di pelipisnya. Ia juga merasa lapar mengingat ia belum makan dari pagi, kemudian ia mencari ice cream yang bisa ia bawa hanya dengan satu tangan sehingga ia dapat memakannya dengan mudah sambil berjalan.
Namun setelah mencari-cari, produk seperti itu tidak ia temukan dimanapun. Dari kejadian tersebut, Thomas Wall Junior pun menemukan sebuah ide, ia ingin menjual produk ice cream seperti itu. Ia mulai mencoba membuat ice cream dengan bahan dasar susu yang dibekukan, ketika ice cream sudah jadi dan ia mencobanya, ice cream Wall’s tersebut memang mudah dibawa dan sangat praktis. Ia pun ingin memproduksinya dengan skala yang lebih besar. Namun ia terkendala dalam hal dana, Wall Junior tidak memiliki uang, perusahaannya saja memiliki hutang yang banyak.
Akhirnya setelah Wall Junior berpikir matang, pada tahun 1920 ia menjual sebagian perusahaan ke Margerine Unie dan Lever Brothers, cikal bakal dari perusahaan Unilever. Ide menjual es krim awalnya ditertawakan orang-orang, sebab ia adalah tukang daging yang melompat ke bisnis es krim. Namun Wall Junior mengatakan bahwa ia sangat yakin bahwa produknya akan laris, ia bahkan rela memberikan seluruh saham perusahaan yang ia miliki jika idenya itu gagal.
Kemudian ide menjual es krim dari Wall Junior pun di setujui. Tahun 1922, es krim yang diberi nama Paddle Pop itu mulai di produksi, dan sesuai prediksi, es krim itu laku keras di pasaran. Semua orang menyukai Ice Cream tersebut, karena keberhasilannya menjual es krim, Wall Junior pun menerima banyak dana segar. Sebagian dari dana tersebut ia gunakan untuk menyegarkan kembali usaha daging keluarganya.